Kamis, 19 Desember 2013

Aa Gym Dalam Kitab Mazmur



Masih ingat Kyai Haji Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym? So pasti masih ya. Beliau memiliki beragam kata mutiara dan nasihat, tapi dari beragam kata-katanya ada satu hal yang  membuat saya berkesan:” Rubahlah dirimu sendiri sebelum engkau ingin merubah orang lain.” Sejak dahulu hingga sekarang kata-kata itu seolah selalu baru untuk saya, tak pernah kehilangan kesaktiannya.

Suatu malam saya membuka Kitab Mazmur, saya bukanlah orang yang akrab dengan Kitab Suci, dan Kitab Mazmur pun hanya pernah selintas saya dengar. Saya mulai membaca Kitab Mazmur, yang kata guru agama saya sewaktu SD ditulis oleh Raja Daud, bab 1: 1-3.


“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasehat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Ia seperti pohon, yang ditanam di  tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya,
apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

Tampak sangat sederhana bahkan konyol, siapa yang menyukai Taurat, siapa yang merenungkan Taurat siang dan malam, siapa yang membaca Taurat? Kalau tidak konyol, syair ini naïf, lagi pula mendengar kata Taurat saja, bulu kuduk saya seperti merinding: wanita selingkuh dirajam sampai mati, tidak boleh makan daging babi dan daging burung rajawali, dsb, dsb. Singkat kata: lucu syair ini.

Syair ini seperti membelah dua kelompok manusia: kelompok baik, penyuka Hukum Taurat dan kelompok buruk, kelompok orang fasik, sungguh sangat sederhana syair ini. Dibandingkan dengan Mahabarata, Bharata Yudha atau Centhini, yang tidak mengenal polarisasi baik-buruk, syair ini jelas ketinggalan zaman, setidaknya dari segi paham. Lalu apakah syair ini ‘muspo’ (Ind: lenyap tak berguna)? Baiklah kita mencoba menjadi sederhana, menjadi anak-anak. Anak-anak sering diingatkan oleh orang tua atau gurunya, he, jangan begini, jangan begitu, kalau kamu begini nanti begini, kalau begitu nannti begitu. Si Anak setidaknya di depan orang tua atau gurunya, menurut, tanpa mengerti apakah yang dikatakan orang tua atau gurunya itu benar, atau apakah si orang tua atau guru tersebut melakukan apa yang mereka katakan sendiri.

Tak seorangpun di antara kita pernah membaca Taurat, saya pernah membacanya, selintas, di Kitab Ulangan, kira-kira selama sepuluh menit, dengan teknik membaca cepat, sebanyak satu kali, dan percayalah kepada saya, isinya itu-itu saja, yaitu yang menurut Michel Foucoult (baca: Fuko’); (sekedar) mengatur (atau mengebiri) seks.

Saya,  bukan orang alim, kalauisi Taurat bisa diringkas  sebagai kitab pengatur hawa nafsu, maka saya tidak menyukainya. Tetapi saya ingin kembali kea pa yang di katakana Aa Gym di awal tulisan saya ini: rubahlah dirimu sendiri sebelum kau ingin merubah orang lain. Di tengah hiruk pikuk dunia: kasus korupsi, kasus tawuran, sengketa agrarian, kurs rupiah yang anjlok terhadap dollar AS, dan mata uang kuat dunia lainnya, ada baiknya kita kembali ke Kitab Suci, setidaknya agar kita eling lan waspada, entah apa artinya kalimat kejawen itu, dan apakah gathuk (bisa dikaitkan dengan Kitab Suci Kristen), saya tidak tahu, tapi coba saja sedikit-sedikit membaca Kitab Suci di tengah kekacauan ini, entah apa nanti hasilnya.

Lalu Taurat? Bagaimanapun merupakan inti Kitab Suci Kristen (seperti-nya), jadi baca saja serba sedikit, seperti yang saya lakukan di Kitab Ulangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar