Mazmur 1 : 1 – 6
masih memenjarakanku, nas ini hidup, saya orang Jawa, saya percaya bahwa keris
dan tombak bahkan bendi (kereta kuda) bisa hidup, kalau ada roh yang tinggal di
dalamnya, dan sekarang benda yang saya percaya bisa hidup bertambah satu; nas
awal Kitab Mazmur ini. Saya sadar
sesadar – sadarnya kalau nas ini hidup, dia seperti memanggil saya untuk
membacanya kembali, sekali, dua, dan akhirnya beberapa kali. Akhirnya timbul
pertanyaan di kepala apa taurat itu sebenarnya.
Saya bukan penganut agama
yahudi, pengetahuan saya tentang Hukum Taurat nyaris tak ada, dan imajinasi
saya tentangnya melulu mengerikan. Tetapi saya pernah dengar dari mimbar lektor
di Gereja, tentang hukum yang utama dan terutama, oh, saya yakin ini Taurat. Alasannya
mudah : Yesus Kristus dan sang penanya adalah orang Yahudi. Bagi orang Yahudi
yang disebut hukum, ya Taurat.
“Hukum manakah yang terutama?”
Jawab Yesus : :Hukum yang terutama ialah : dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan akal budimu dengan segenap kekuatanmu. Dan
hukum yang kedua ialah : Kasihilah sesamamu, manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” (Markus 12;
28b–32)
Versi Matius mengatakan, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
Jawab Yesus kepadanya,“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah,“Kasihilah
sesamamu, manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung
seluruh hukum Taurat dan Kitab para nabi.”
Bila inilah Taurat, maka oh betapa indahnya Taurat, betapa indahnya hukum
Tuhan, maka mereka yang menyukai Taurat, yang merenungkannya siang dan malam
(Mazmur 1 : 2), bukanlah orang yang hidupnya terbebani, mereka hidup dalam
kebahagiaan Taurat, maka semua yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1 : 3b). Maka
mereka yang tidak melalui jalan Taurat, lebih memilih jalan orang fasik, dan
para pencemooh, sebenarnya rugi.
Pancaran keindahan Taurat
tampaknya belum selesai. Saya pernah mengatakan bahwa saya pernah membaca Kitab
Ulangan dengan cara membaca cepat selama 10 menit, memang tidak ada hasil,
tetapi saya juga pernah membaca suatu referensi yang membahas Kitab Ulangan.
Sudah lama sekali, sehingga saya sudah lupa literatur apa yang membahas Kitab
Ulangan tersebut, isinya pun saya sudah lupa, dan saya malas mencari referensi
itu lagi, jadi dalam rangka mengetik tulisan ini, saya pun sedikit membuka
Kitab Ulangan, isinya, saya yakin mengandung unsur Taurat, di sana ada Sepuluh
Perintah Allah, ungkapan kasih kepada Allah adalah perintah utama, masalah persepuluhan,
peringatan untuk tidak menyembah berhala, hewan yang haram dimakan dan yang
tidak, masalah penghapusan hutang, masalah hari raya – hari raya utama, dan
lain – lain.
Tetapi referensi yang sudah
saya lupakan itu menuntun saya untuk menemukan Ulangan 6 : 4 – 9 yang amat
terkenal di kalangan para penganut agama Yahudi, lagi pula amat indah :
“Dengarlah hai Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan, kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang – ulang
kepada anak – anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
dan haruslah itu menjadi lambing di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Dengarlah hai Israel
: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu…”
Tampak sekali penulis Kitab Ulangan menganggap Musa melakukan penekanan
pada bagian hukum itu, dan Yesus sebagai Putra Israel mampu menangkap penekanan
itu. “Apa yang kuperintahkan hari ini haruslah engkau perhatikan, harus engkau
mengajarkannya berulang – ulang pada anakmu, dan membicarakannya apabila engkau
duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun”.
Taurat tak hanya indah, dia
juga perkasa. Keperkasaannya terletak pada himbauannya agar masyarakat
Yahudi menghidupinya (membicarakan ketika duduk, dalam perjalanan, berbaring
atau bangun). Taurat juga menuntut agar masyarakat Yahudi menyebarkan hingga
sel terkecil, yaitu keluarga (tuliskan di tiang pintu rumahmu dan pintu
gerbangmu), sel terkecil masyarakat Yahudi diharapkan menghidupi Taurat, tidak
hanya individu – individu. Tetapi yang terpenting
Taurat menuntuk agar diwariskan (ajatkan berulang – ulang kepada anak –
anakmu). Dihidupi, disebarkan, dan diwariskan, Taurat menjadi perkasa, lestari
sejak zaman Musa hingga Yesus, bahkan hingga kini, artinya sudah berumur hamper
3000 tahun. Masyarakat Yahudi pun menjadi awet; meski mengalami pembuangan ke sana sini, mereka tetap
eksis hingga saat ini.
Puas dengan keterpesonaan Anda
terhadap Taurat? Dengan
keindahan sekaligus keperkasaannya? Cobalah melakukan Taurat, detil – detilnya
mungkin dapat anda lupakan, Anda tentu tidak merayakan Hari Raya Pondok Daun,
dan Anda tidak merayakan Tahun Yobel, dan banyak dari Anda penyuka daging babi
dan anjing. Ambil saja intinya, kasihilah Tuhan-mu melebihi segala sesuatu,
kasihilah sesamamu, manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Saya yakin Anda akan lulus dari perintah pertama, Anda ke Gereja tiap
minggu pagi atau sore, aktif di pertemuan wilayah, tekun berdoa pribadi bahkan
membaca Kitab Suci, bahkan melakukan devosi, bahkan melakukan laku tapa, dan
entah apalagi. Anda, seperti paulus, tak bercacat.
Perintah kedua, kasihilah sesamamu, manusia seperti dirimu sendiri; Anda
tidak melakukan seks bebas, karena menghargai suami atau istri di rumah, bagus.
Anda dermawan, Anda ikut dalam aktivitas sosial dan lingkungan hidup, bagus.
Lalu lihat karir Anda, Anda tapaki jengkal demi jengkal, dan sampailah Anda di
posisi dimana Anda harus mengurusi pajak perusahaan Anda bekerja. Bila pajak
suatu negara berjalan baik, lambat tapi pasti, melewati dua atau tiga generasi,
Negara pasti makin baik ekonominya, makin sedikit orang yang perlu disantuni,
makin sedikit pencemaran lingkungan, karena orang yang menggunakan angkutan
umum makin banyak, karena berkat pajak, angkutan umum makin rapi, sarana dan
teknologi pembuangan limbah juga makin baik.
Dan Anda mengakalinya, Anda mengakali sarana paling ampuh yang sanggup
membuat kehidupan menjadi lebih baik, tanpa perlu tetek bengek pendampingan
itu. Anda mengakali pajak, Anda gagal melaksanakan Taurat kedua, seperti orang
– orang lain, termasuk saya. (SHP)